Refleksi Citra Hukum dan Keadilan Dari Film Lawless Lawyer

Sumber: BiliBili

Indonesia tertulis sebagai negara hukum di dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (3). Artinya, seluruh penyelenggaraan negara dan kehidupan bermasyarakat di Indonesia harus berdasarkan pada hukum yang berlaku.

Jika hukum berjalan dengan baik maka ada kemungkinan tercapainya keadilan. Lantas, bagaimana citra keadilan di Indonesia sekarang? Review kali ini menyoal karya film serial drama Korea yang berjudul Lawless Lawyer. Film ini kurang lebih menggambarkan bagaimana keadilan berjalan di suatu negara.

Teman-teman pernah dengar pernyataan kalau ‘hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas’? Ini artinya hukum tidak bisa menembus orang-orang yang memiliki kekuasaan, sedangkan hukum bisa saja sewaktu-waktu menembus orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan.

Padahal, menurut ajaran dari Dewi Keadilan, yang patungnya divisualisasikan dengan mata tertutup, menandakan kalau penegakan hukum tidak memandang apa-pun atau dikenal dengan prinsip equality before the law. Artinya, setiap orang memiliki kedudukan yang sama di depan hukum.

Film Lawless Lawyer dirilis tahun 2018. Film ini mengajarkan arti keadilan dan tanggung jawab seorang penegak hukum kepada para penontonnya. Karakter utama film ini ialah Lee Joon-gi (Bong Sang-pil) dan Seo Yea-ji (Ha Jae-yi). Mereka memerankan sebagai pengacara di kantor hukum Lawless Lawyer.

Karakter yang berlawanan yaitu Lee Hye-young (Cha Moon-sook) sebagai hakim dan Choi Min-soo (Ahn Oh-joo) sebagai pemilik Oh-juu Group. Film ini mengisahkan Bong Sang-pil yang memiliki dendam misteri pembunuhan ibunya. Bong Sang-pil berhenti menjadi gengster dan menjadi pengacara agar bisa menegakkan keadilan untuk ibunya.

Tujuh Penguasa Di Balik Kota Kaesong Yang Kononnya Adil

Salah satu kota yang menjadi latar setting film ini ialah Kota Kaesong. Kota ini memiliki branding sebagai kota yang paling adil. Pasalnya, di kota tersebut hidup seorang hakim perempuan bernama Cha Moon-sook yang terkenal kebijaksanaannya.

Suatu ketika Cha Moon-sook menjatuhkan putusan tidak bersalah pada seorang ibu yang mencelakai suaminya karena membela diri saat terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Sempat terkagum oleh Cha Moon-sook namun ending-nya kecewa atas karakternya. Ternyata persidangan itu hanya sebagian kecil pencitraan seorang hakim untuk menutupi rahasia masa lalu yang besar.

Cha Moon-sook pernah melakukan pembunuhan di masa lalunya. Ia tidak ingin citranya memburuk karena akan mempengaruhi karirnya ke depan sebagai Ketua Mahkamah Agung. Cha Moon-sook memberi perintah kepada Ahn Oh-juu untuk membereskan mayat yang telah terbunuh. Ibu Ha Jae-yi melihat kejadian itu dan mengambil foto Cha Moon-sook sedang bersama Ahn Oh-juu di TKP pembunuhan.

Ibu Ha Jae-yi melaporkan foto itu kepada Ibunya Bong Sang-pil yang berprofesi sebagai pengacara. Cha Moon-sook selalu berpikir jauh ke depan dan sangat memperhitungkan peristiwa yang akan dialaminya. Sebelum akhirnya Ibunya Bong Sang-pil menuntut perbuatan Cha Moon-sook, ia terbunuh oleh Ahn Oh-juu atas perintah Cha Moon-sook.

Ibu Ha Jae-yi juga turut menghilang bersamaan terbunuhnya Ibunya Bong Sang-pil karena menyelamatkan Bong Sang-pil. Saat itu, Bong Sang-pil yang masih kecil melarikan diri dan ikut hidup bersama pamannya di Seoul. Bong Sang-pil membuat janji kepada dirinya sendiri untuk membalas kebaikan Ibu Ha Jae-yi dan menuntut keadilan untuk ibunya. Peristiwa itu menjadi permulaan pembalasan Bong Sang-pil.

Sejak itu, Bong Sang-pil terus mencari informasi tentang penguasa Kota Kaesong dan belajar hukum untuk menjadi pengacara seperti ibunya. Tujuh penguasa dibalik Kota Kaesong yang adil ialah Cha Moon-sook, Ahn Oh-juu, Sekretaris Nam Soon-ja, Pengacara Ko In-doo, Jaksa Keum Kang, Editor Han dan Kepala Bank Kaesong.

Bong Sang-pil Mengungkap Kasus Besar Kaesong

Alurnya, Bong Sang-pil mengincar bawahan Cha Moon-sook terlebih dahulu dari ketujuh penguasa Kaesong. Katanya, “kalau ingin menangkap ikan besar maka ikan-ikan kecilnya sebagai umpan”. Awal mulanya, Bong Sang-pil melihat berita kematian Wali Kota Kaesong. Sebagai pengacara, ia membuat prasangka bahwa kematian wali kota telah direncanakan.

Terdakwa pada kasus itu ialah detektif Wu Hyung-man, seorang detektif yang menculik Bong Sang-pil di masa lalu atas perintah dari Ahn Oh-juu. Bong Sang-pil pulang ke kampung halamannya untuk mengungkap kasus Wali Kota Kaesong.

Bong Sang-pil mengajak Pengacara Ha Jae-yi untuk bekerjasama mengungkap kematian wali kota. Bong Sang-pil mengatakan kepada Ha Jae-yi bahwa dibalik kematian wali kota ada keterlibatan Cha Moon-sook. Namun, Ha Jae-yi tidak percaya karena rasa kedekatannya dengan Cha Moon-sook.

Lambat laun, Ha Jae-yi sadar dan mulai percaya kepada Bong Sang-pil bahwa dibalik kasus tersebut ada kaitannya dengan perbuatan hakim Cha Moon-sook. Kasus kematian wali kota terungkap bahwa detektif Wu Hyung-man tidak bersalah karena bukti-buktinya telah direkayasa. Dibalik perekayasaan bukti, ada keterlibatan seorang jaksa di bawah perintah hakim Cha Moon-sook.

Cha Moon-sook selalu bisa mengalihkan isu di media publik yang dibantu oleh Editor Han. Citra Cha Moon-sook kembali bersinar setelah dirinya menerbitkan beberapa buku yang mengungkapkan prestasi-prestasi peradilannya.

Ia akan diangkat sebagai Ketua Mahkamah Agung. Ketenaran Cha Moon-sook tidak menggetarkan perjuangan Bong Sang-pil untuk mengungkap kasus kriminal Cha Moon-sook di masa lalu. Bong Sang-pil bersama Ha Jae-yi berbagi tugas untuk menggandeng stakeholder dari media, saksi persidangan, serta salah satu detektif dan jaksa yang adil.

Hari itu pun tiba, yaitu hari terakhir Cha Moon-sook bisa bersidang. Bong Sang-pil mengungkap kriminalisasinya melalui kasus vidio perintah pembunuhan tukang pijat Cha Moon-sook. Vidio itu berisi perintah dari Sekretaris Nam Soon-ja untuk melakukan pembunuhan atas perintah Cha Moon-sook.

Nam Soon-ja mengakui bahwa ia tidak melakukannya sendiri, tapi ada perintah dari Cha Moon-sook. Jatuhnya Cha Moon-sook didukung oleh kesaksian Ahn Oh-Ju yang mengatakan bahwa selama ini ia menjadi orang kepercayaan Cha Moon-sook. Ia diperintah untuk membunuh orang-orang yang berpotensi akan mengungkap kejahatan Cha Moon-sook di masa lalu.

Citra Hukum, Keadilan dan Cara Pemenangannya

Film ini secara menyeluruh mengajarkan bahwa hukum tidak terlepas dari kebijakan politik dan kekuasaan. Film ini telah menggambarkan keadaan suatu kota yang penuh dengan penyalahgunaan kekuasaan. Misalnya, kasus korupsi dana kampanye, pencucian uang, pembunuhan berencana, dan rekayasa opini publik untuk kepentingan golongan. Bong Sang-pil dan Ha Jae-yi mengajarkan tentang seorang pengacara yang menang dengan hukum.

Menurut mereka, keadilan sudah seharusnya menjadi milik semua orang. Tidak terlepas ia kaya atau miskin dan punya jabatan atau tidak. Lantas, akan seperti apa citra hukum dan keadilan di masa depan? Apalagi tantangan masa depan akan menghadapi kemajuan teknologi yang berpotensi perekayasaan bukti dan banjirnya informasi di ruang publik.

Belajar dari film Lawless Lawyer, hukum tidak bisa berdiri sendiri. Hukum membutuhkan peran banyak pihak, seperti media yang independen, penegak hukum yang bijak, masyarakat yang sadar, dan dukungan analis teknologi yang professional.

Pertama, media yang independen akan membantu pengemasan opini publik yang objektif. Kedua, penegak hukum yang bijak akan mengandalkan nuraninya untuk membuat sebuah keputusan. Ketiga, masyarakat yang sadar akan memberikan dukungan kepada yang tertindas.

Dan keempat, dukungan analis teknologi akan membantu menganalisa bukti-bukti dengan akurat dan akuntabel. Keempat upaya tersebut memungkinkan bagi hukum untuk dimenangkan. Walaupun film ini telah lama ditayangkan, namun nuansanya masih relevan untuk kita refleksikan.[]


Link Film Lawless Lawyer :

https://www.iq.com/play/anv0tdferg?lang=id_id&sh_pltf=4 

0 Response to "Refleksi Citra Hukum dan Keadilan Dari Film Lawless Lawyer"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel