Orasi Tertulis di Hari Kartini 2022

Saya sekali lagi pernah mendengar, buat apa sih masih menggaungkan kesetaraan gender? Toh sekarang perempuan dan laki-laki sudah sama-sama memiliki hak untuk bersekolah, bekerja, berkarya, bermitra, berperan sesuai dengan minatnya, bahkan bisa menjadi presiden seperti Ibu Megawati. 

Ya, memang zaman sekarang sudah tidak seperti zaman Raden Ajeng Kartini yang terbelenggu oleh budaya Jawa. Dahulu perempuan harus dipingit sampai ada bangsawan dari Bupati yang melamarnya. RA. Kartini tidak tinggal diam saja di masa pingitannya. Beliau mengeksplor diri dengan membaca, sehingga memiliki pemikiran yang luas. Berkat usaha dan kesabaran beliau, seluruh perempuan di Indonesia seharusnya terbuka pemikirannya untuk keluar dari budaya tersebut. 

Raga boleh dikurung, tapi jangan biarkan pemikiran ikut terkurung. Membacalah, di sana akan menemukan banyak hal. Melihat masa sekarang, perempuan sudah bisa merdeka memilih jalannya sendiri. Lalu mengapa masih ada saja ketimpangan gender? Mungkinkah masih banyak budaya terdahulu tertinggal? Apakah budaya itu masih relevan untuk masa sekarang? 

Menjadi perempuan hebat seperti RA. Kartini tidaklah mudah. Beliau merasakan perih dahulu sebelum menuju kebahagiaan. Dalam situasi tertekan, beliau masih bisa mengambil keputusan yang sangat berani. Tidak seperti biasanya, RA. Kartini mampu menunjukkan bahwa perempuan bisa berdikari dengan pilihan sendiri. Perempuan tidak lagi terkurung dalam subordinasi, diskriminasi, ataupun patriarki. 

Menjawab pertanyaan soal masih adakah ketimpangan gender di masa sekarang? Jawabannya, ya tentu masih ada. Kondisi sosial setiap zaman juga berubah. Perjuangan tidak berhenti pada masa RA. Kartini saja. Tidak perlu meremehkan atas teori gender yang selalu dibahas tapi perempuannya masih saja ada yang belum bergerak. Ya, memang gender bukan soal teori saja. Gender lebih kepada penerapan kehidupan sehari-hari dalam menjalin relasi. Untuk itu, penting terlebih dahulu perempuan saling bersatu dan paham soal soal pengarusutamaan gender (PUG) bersama laki-laki. 

Teori gender saling menghubungkan antar relasi, sehingga perlu pemahaman dari kedua belah pihak. Bukan soal budaya lagi yang menjadi kendala, namun bagaimana pentingnya membangun pemikiran atau inovasi atau gagasan bahkan produk yang mensinergikan budaya dengan PUG. Tidak semua masyarakat sudah paham soal PUG, maka dari itu generasi kartini muda baik perempuan maupun laki-laki penting untuk membantu masyarakat dalam pengawalan amanah intruksi PUG di Indonesia. 

Tidak hanya soal budaya saja yang perlu di responsifkan gender. Segala aspek juga perlu mendapat suntikan-suntikan gagasan yang mewujudkan amanah Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000 tentang PUG. Gagasan ini juga menjadi cita-cita dan tujuan nasional Indonesia dalam Suistanable Development Goals (SDGs) 2030, yang mana salah satunya ada tujuan dalam mewujudkan kesetaraan gender. 

Sekali lagi. Saya ucapkan Selamat Hari Kartini untuk Perempuan Indonesia. Untuk para laki-laki, dukunglah dan bermitra dengan perempuan dalam mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia. 

- 21 April 2022 -

0 Response to "Orasi Tertulis di Hari Kartini 2022"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel